sumireshion
2 min readMar 10, 2023

— si ‘adonan roti’

Setelah makan yang asin, wajibnya makan yang manis.

Sungjae sudah terlalu kenyang hingga nyaris tak bisa bangun dari kursinya. Tapi prinsip semua orang tadi juga jadi prinsipnya. Selalu ada ruang untuk dessert.

Ia sedikit terperanjat saat akan membayar es krimnya karena penjaga kasir sudah berubah. Jika sebelumnya menurut Sungjae adalah pria lucu yang senang berolahraga, kali ini adalah adonan roti yang sedang resting.

Kulitnya putih, pipinya mengembang di kedua sisi, matanya sembab seperti orang yang baru bangun tidur atau menangis, ekspresinya seperti emoji wajah datar dengan mata garis lurus.

"Pak, saya mau bayar ini," ucap Sungjae ragu lalu meletakkan es krimnya di atas meja kasir.

"Saya masih muda, Mas. Cuma beda setahun sama Pak Bos. Anaknya yang punya toko sepatu di pojok sana aja manggil saya Paman. Jadi saya belum tua-tua banget, belum bapak-bapak." Cerocos Si Kasir Baru.

"Ah, maaf, Pak. Eh, Mas," Sungjae menepuk bibirnya.

"Umur?"

"Saya?"

"Hm,"

"Dua puluh tiga,"

"Gue dua enam, panggil Abang aja. Orang sini, kan? Orang baru ya?"

"Iya, Bang,"

"Oke. Nama?"

"Sungjae, Bang,"

"Gue Changsub. Panggil Bang Changsub."

"Oke, Bang,"

Sungaje merasa terintimidasi dengan percapakan barusan. Orang yang baru ditemuinya ini punya sesuatu yang sepertinya bisa mengendalikan orang lain dengan mudah. Setelah selesai membayar rasanya ia ingin langsung pergi dari tempat ini.

Tapi ia tak punya tempat tujuan lain.

"Bang Changsub, boleh tanya?" Sungjae kembali menuju kasir dengan langkah takut.

"Tanya," jawab Si Adonan Roti.

"Hotel dekat sini yang murah, di mana ya?"

"Loh, tapi katanya tadi orang sini. Nggak punya rumah?"

"Ngg.. saya lama di luar negeri, Bang. Ini baru balik jadi belum sempat cari penginapan."

Alasan yang bagus. Batin Sungjae.

"Kalau yang murah, gue kurang tau juga di mana karena jarang nginap-nginap. Coba cari di aplikasi aja lewat ponsel."

DEG. Jantung Sungjae serasa hampir jatuh tiba-tiba, ini situasi yang sama ketika ia ditunjuk mengerjakan hitungan mata kuliah kalkulus ke depan kelas.

Sungjae tidak tahu caranya. Alasan apa yang harus ia ucapkan sekarang.

"Saya, nggak ngerti, Bang. Belum pernah juga pakai aplikasi itu." Setengah jujur setengah bohong.

"Kirain anak muda pada jago, ada juga ya anak muda gaptek. Sini,"

Setelah jam kemudian, Sungjae mendapat kamarnya dan nomor ponsel Changsub. Di luar dugaan, ternyata mereka cocok dan mudah akrab satu sama lain.